Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Merantaulah! Nasehat dari Imam Syafii -rahimahullah-

Sahabat Kamus Mufradat yang semoga selalu dalam lindungan Allah ta’ala. Siapa yang tidak kenal dengan Imam Syafi’i?!

Nasab dan nama lengkau beliau adalah Muhammad bin Idris bin Al-Abbas bin Utsman bin Syafi’ bin As-Saib bin Ubaid bin Abdu Yazid bin Hasyim bin Abdul Muthallib bin Abdi Manaf bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib. Jadi nasab beliau bertemu dengan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam di kakek beliau Hasyim.

Beliau lahir di Gaza pada tahun 150H dari rahim seorang ibu yang shalihah. Tidak lama kemudian ayahnya meninggal saat beliau masih kecil. Lalu ibunya membawanya kembali ke Mekkah di saat usia beliau 2 tahun supaya nasabnya tidak hilang.

Di saat masih belia, Muhammad bin Idris senang belajar bahasa Arab dan syair. Beliau sering mendatangi Arab-Arab Badui di tengah gurun untuk menimba ilmu bahasa dan kefasihan mereka. Hingga suatu hari ada yang bertanya kepadanya, “Apa hukumnya wanita yang haid satu hari dan suci satu hari?”. Imam Syafi’i menjawab, “Aku tidak tahu.”. Lalu yang bertanya mengatakan kepadanya, “Wahai anak saudaraku, yang wajib itu lebih utama dari yang sunnah.” 

Akhirnya beliau berazam untuk mendalam Islam dan fiqih dengan bekal bahasa Arab yang telah dipelajari di pedalaman, hingga akhirnya menjadi seorang alim dan faqih, sekaligus pencetus madzbah fiqih syafi’i -salah satu dari 4 madzhab fiqih besar- yang sampai sekarang masih memiliki banyak pengikut di seantero bumi, bahkan masyarakat muslim Indonesia mayoritas bermadzhab Syafi’i.

merantau nasehat imam syafii
by adabworld.com

Walaupun beliau seorang alim dan faqih, namun kemampuan sastra beliau tetap tinggi dan tidak hilang. Dalam beberapa kesempatan beliau sesekali melontarkan syair-syair indah yang sarat dengan nasehat bijak dan hikmah, yang menunjukkan ketajaman pemikiran dan pengamatan beliau.

Di antara syair-syair beliau adalah yang di bawah ini. Tujuh (7) bait syair yang menganjurkan manusia untuk merantau dan meninggalkan negeri tempat kelahiran. Mari kita simak bersama syair berikut ini:

1# (مَا فِي الـمَقَامِ لِذِي عَقلٍ وَذِي أَدَبِ ** مِن رَاحَةٍ فَدَعِ الأَوطَانَ وَاغتَـرِبِ)

Menetap di tempat bagi orang berakal dan beradab itu tidak ** nyaman, maka tinggalkanlah tempat kelahiran dan pergi merantaulah!

2# (سَافِر تَـجِد عِوَضًا عَمَّن تُفَارِقُهُ ** وَانصَب فَإِنَّ لَذِيذَ العَيشِ فِي النَّصَبِ)

Merantaulah! Niscaya engkau akan menemukan pengganti dari yang kau tinggalkan *** Dan berletihlelahlah, karena nikmatnya hidup itu hanya dirasakan pada ketidaknyamanan.

3# (إِنِّي رَأَيتُ وُقُوفَ الـمَاءِ يُفسِدُهُ ** إِن سَاحَ طَابَ وِإِن لَـم يَـجرِ لَـم يَطِبِ)

Aku memperhatikan bahwa air menggenang itu dapat merusaknya ** (Namun) apabila mengalir, air menjadi baik, dan apabila tidak, ia akan rusak.

4# (وَالأُسدُ لَولَا فِرَاقُ الأَرضِ مَا افتَـرَسَتْ ** وَالسَّهمُ لَولَا فِرَاقُ القَوسِ لَـم يُصِبِ )

Singa, kalaulah tidak meninggalkan tempat, tentu ia tidak dapat berburu mangsa ** Dan anak panak, kalaulah tidak meninggalkan busur, tentu ia tidak dapat mengenai sasaran.

5# (وَالشَّمسُ لَو وَقَفَت فِي الفُلكِ دَائِمَةِ ** لَمَلَّهَا النَّاسُ مِن عُجمٍ وَمِن عَرَبِ)

Seandainya matahari selalu diam di tempatnya ** Tentu manusia, baik yang Ajam maupun Arab akan merasa bosan.

6# (وَالتِّبـرُ كَالتُّـربِ مُلقًى فِي أَمَاكِنِهِ ** وَالعُودُ فِي أَرضِهِ نَوعٌ مِنَ الـحَطَبِ)

Biji emas pada dasarnya hanyalah sebongkah tanah yang tergeletak di tempatnya ** Begitupula kayu Gaharu, di tempat asalnya ia hanyalah sebatang kayu biasa.

7# (فَإِن تَغَرَّبَ هَذَا عَزَّ مَطلَبُهُ ** وَإِن تَغَرَّبَ ذَاكَ عَزَّ كَالذَّهَبِ)

Apabila si Ini merantau, sungguh sangat mulia apa yang cari ** Dan apabila si Itu merantau juga, sungguh ia akan bernilai seperti emas.

***

Faedah Merantau Menurut Imam Syafi’i -rahimahullah ta’ala-:

faedah merantau menurut imam syafii
by adabworld.com

1# (تَغَرَّبْ عَنِ الأَوْطَانِ فِي طَلَبِ العُلَا ** وَسَافِرْ فَفِي الأَسْفَارِ خَـمْسُ فَوَائِدِ)

Tinggalkanlah kampung halaman untuk mencari kemuliaan ** Dan merantaulah, karena merantau itu memiliki lima faedah.

2# (تَفَرُّجُ هَمٍّ وَاِكْتِسَابُ مَعِيْشَةٍ ** وَعِلْمٌ وَآدَابٌ وَصُحْبَةُ مَاجِدِ)

Mengusir kegelisahan, meraih penghidupan ** ilmu, adab, dan bertemu dengan orang-orang terpandang.

3# (وَإِنْ قِيْلَ فِي الأَسْفَارِ ذُلٌّ وَمِـحْنَةٌ ** قَطْعُ الفَيَافِي وَاِكْتِسَابُ الشَدَائِدِ)

Apabila dikatakan bahwa merantau itu adalah kehinaan, ujian ** menempuh padang yang luas, serta penuh dengan aneka kesulitan.

4# (فَمَوْتُ الفَتَى خَيْـرٌ لَهُ مِنْ حَيَاتِهِ ** بِدَارِ هَوَانٍ بَيْـنَ وَاشٍ وَحَاسِدِ)

(Ketahuilah) bahwa kematian bagi seorang anak muda itu lebih baik dari pada hidup ** di negeri kehinaan, bersama orang-orang yang gemar mengadu domba dan pendengki.

merantaulah imam syafi'i

***

Sungguh, nasehat yang sangat menggugah dari Imam Syafi’I -rahimahullah-. Kata-kata mutiara di atas seharusnya bisa menjadi cambukan bagi orang, terutama kaum lelaki untuk merantau meninggalkan kampung kelahiran. Dan syair ini pun bisa menjadi pelipur sekaligus pembakar semangat bagi orang-orang yang sedang berada di perantauan.

Semoga tulisan singkat ini bisa diambil pelajaran dan manfaatnya. Kurang lebihnya mohon dimaafkan, dan terima kasih atas waktu luang dan kunjungannya. Syukran, wa jazaakumullahu khairan.

Post a Comment for " Merantaulah! Nasehat dari Imam Syafii -rahimahullah-"