Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pidato Bahasa Arab Tentang Berbakti Kepada Orang Tua [Cara Baca + Artinya]

Sahabat Kamus Mufradat yang semoga selalu dalam lindugan Allah -ta'ala-. Hampir 6 bulan lebih saya tidak membuat postingan tentang pidato bahasa Arab. Materi terakhir yang dipublish adalah pidato bahasa Arab tentang kebersihan pada bulan April lalu.

Dan tulisan itu -alhamdulillah- sekarang sudah menempati posisi pertama di beranda hasil pencarian mesin, Mbah Google. Oleh karenanya saya tertantang untuk menulis kategori ini dengan tema yang berbeda.

pidato bahasa arab tentang berbakti kepada orangtua
Masih ada beberapa judul atau tema yang insyaallah akan disajikan di blog sederhana ini. Di antara tema tersebut adalah:
  • Akhlak
  • Pemuda
  • Persaudaraan
  • Pendidikan
  • Ibu
  • Orangtua
  • Kematian
  • Anak Sholeh
  • Kemerdekaan
  • Guru
  • Hari Kiamat
  • dll
Namun karena keterbatasan waktu dan tenaga, akhirnya belum bisa terealisasi dengan baik dan dalam waktu yang cepat. Jadi mohon doa dan dukungan dari pembaca sekalian, semoga Allah memudahkan. Aamiin yaa rabb...

Sahabat Kamus Mufradat yang budiman. Pada kesempatan ini saya ingin menyajikan kepada Anda contoh pidato bahasa Arab dengan tema berbakti kepada orang tua. Contoh pidato ini telah dilengkapi dengan cara baca atau tulisan latinnya dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Langsung saja, silahkan dibaca dan dihafalkan.
الْحَمْدُ لله الَّذِي حَذَّرَنَا مِنْ دَارِ الْغُرُورِ، وَأَمَرَنَا بِالاَسْتِعْدَادِ لِيَوْمِ الْبَعْثِ وَالنُّشُورِ، أَحْمَدُهُ وَهُوَ الْغَفُورُ الشَّكُورُ، أَمَرَ بِبِرِّ الْوَالِدَيْنِ، وَحَذَّرَ عَنِ الْعُقُوقِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ. أَمَّا بَعْدُ

alhamdulillahilladzii hadzdzaranaa min daaril-ghuruuri, wa amaranaa bil-isti'dadi liyawmil-ba'tsi wan-nusyuuri, ahmaduhu wa huwal-ghafuurusy-syakuuru, amara bibirril-waalidayni, wa hadzdzara 'anil-'uquuqi, wa asyhadu allaa ilaaha illallahu wahdahu laa syariika lahu, lahul-mulku wa huwa 'alaa kulli syai-in qadiirun, wa asyhadu anna muhammadan 'abduhu wa rasuuluhu, shallallahu 'alaihi wa sallama wa baaraka 'alaihi wa 'alaa 'aalihi wa shahbihi. ammaa ba'du

Segala puji hanya milik Allah yang memperingatkan kita akan dunia yang penuh tipuan, serta memperintahkan kita untuk mempersiapkan diri menyambut hari kebangkitan; aku memuji-Nya dan Dia adalah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri, memerintahkan berbakti kepada kedua orangtua, dan melarang dari durhaka; aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah semata yang tidak ada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya seluruh kerajaan dan Dia adalah Maha Kuasa atas segala sesuatu; dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, Allah bershalawat dan bersalam kepadanya, memberkahinya, keluarga, dan para sahabatnya. Amma ba'du

أَيُّهَا الـمُؤْمِنُوْنَ: فَإِنَّ مِنْ أَكْبَرِ الـحُقُوْقِ عَلَى الـمُسْلِمِ وَأَوْجَبِهَا حَقَّ الوَالِدَيْنِ، وَلِـهَذَا قَرَنَهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى بِـحَقِّهِ كَمَا قَالَ تَعَالَى: ﴿ وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ﴾ النساء: 36

ayyuhal-mu`minuuna: fainna min akbaril-huquuqi 'alal-muslimi wa awjabihaa haqqal-waalidaini, wa lihaadzaa qaranahu subhaanahu wa ta'aalaa bihaqqihi, kamaa qaala ta'aala: (وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا).

Wahai orang-orang beriman: Sesungguhnya di antara hak terbesar dan yang paling wajib atas seorang muslim adalah hak kedua orangtua, oleh karenanya Allah subhanahu wa ta'ala menyandingkan hak tersebut dengan hak-Nya, sebagaimana Allah ta'ala firmankan: (Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat-baiklah kepada kedua orang tua). QS. An Nisa: 36.

وَكَانَ مِنْ صِفَاتِ الأَنْبِيَاءِ عَلَيْهِمُ السَّلَامُ الَّتِي مَدَحَهُمُ اللهُ جَلَّ وَعَلَا بِـهَا بِرُّ الوَالِدَيْنَ، كَمَا قَالَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَنْ يَـحْيَى - عَلَيْهِ السَّلَامُ - ﴿ وَبَرًّا بِوَالِدَيْهِ وَلَمْ يَكُنْ جَبَّارًا عَصِيًّا ﴾ مريم: 14. وَقَالَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَنْ عِيْسَى - عَلَيْهِ السَّلَامُ -: ﴿ وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا ﴾ مريم: 32

wa kaana min shifaatil-anbiyaa-i 'alaihimus-salaamul-latii madahahumullahu jalla wa 'alaa bihaa birrul-waalidaini, kamaa qaala subhaanahu wa ta'aalaa 'an yahyaa 'alaihis-salaamu: (وَبَرًّا بِوَالِدَيْهِ وَلَمْ يَكُنْ جَبَّارًا عَصِيًّ). wa qaala subhaanahu wa ta'aalaa 'an 'iisaa 'alaihis-salaamu: (وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا).

Dan termasuk sifat para nabi -alaihimussalam- yang Allah -jalla wa 'ala- puji mereka adalah berbakti kepada kedua orangtua, sebagaimana Allah -subhanahu wa ta'ala- kisahkan tentang (nabi) Yahya -alaihissalam-: (dan sangat berbakti kepada kedua orang tuanya, dan dia bukan orang yang sombong (bukan pula) orang yang durhaka.) QS. Maryam: 14. Dan Dia -subhanahu wa ta'ala mengkhabarkan (juga) tentang (nabi) Isa -alaihissalam-: (dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.) QS. Maryam: 32.

أَيُّهَا الـمُؤْمِنُوْنَ: جَاءَ القُرْآنُ مُرَغِّبًا فِي بِرِّ الوَالِدَيْنِ وَمُـحُذِّرًا مِنْ عُقُوْقِهِمَا، فَقَالَ سُبْحَانَهُ وتَعَالَى: ﴿ وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا * وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا ﴾ الإسراء: 23، 24

ayyuhal-mu`minuuna: jaa-al-qur-aanul muraghghiban fii birril-waalidaini wa muhadzdziran min 'uquuqihimaa, faqaala subhaanahu wa ta'aalaa: (وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا * وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا).

Wahai orang-orang beriman: Al Quran datang memerintahkan berbakti kepada orangtua dan melarang durhaka kepada keduanya, Allah -subhanahu wa ta'ala- berfirman: (Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.”) QS. Al Isra: 23-24.

وَلِعِظَمِ فَضْلِ بِرِّ الوَالِدَيْنِ وَتَـحْرِيْمِ عُقُوْقِهِمَا فَإِنَّ النَّبِيَّ - صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – جَعَلَهُ مُقَدَّمًا عَلَى الـجِهَادِ فِي سَبِيْلِ اللهِ، كَمَا فِي الصَّحِيْحَيْنِ عَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ - رَضِيَ اللهُ عَنْهُ - أَنَّهُ سَأَلَ النَّبِيَّ - صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: أَيُّ العَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللهِ؟! قَالَ: "الصَّلَاةُ عَلَى وَقْتِهَا"، فَقُلْتُ: ثُـمَّ أَيُّ؟! قَالَ: "بِرُّ الوَالِدَيْنِ"، قُلْتُ: ثُـمَّ أَيُّ؟! قَالَ: "الـجِهَادُ فِي سَبِيْلِ اللهِ"

wali'izhami fadhli birril-waalidaini wa tahriimi 'uquuqihimaa fa-innan-nabiyya shallallahu 'alaihi wa sallama ja'alahu muqaddamaan 'alal-jihaadi fii sabiilillah, kamaa fish-shahihaini 'anibni mas'uudin radhiallahu 'anhu - annahu sa-alan-nabiyya shallallahu 'alaihi wa sallama: ayyul-'amali ahabbu ilallahi?! qaala: "ash-shalaatu 'alaa waqtihaa", faqultu:tsumma ayyu?! qaala: "birrul-waalidaini", qultu:tsumma ayyu!? qaala: "al-jihaadu fii sabiilillah".

Dan dikarenakan keagungan keutamaan berbakti kepada kedua orangtua dan keharaman durhaka terhadap keduanya, sesungguhnya Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam- mendahulukannya daripada jihad di jalan Allah, sebagaimana dalam hadits yang ada di dua buku Shahih dari (sahabat) Ibnu Mas'ud -radhiallahu 'anhu- bahwasannya ia bertanya kepada Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam-: Amalan apa yang paling dicintai oleh Allah? Ia bersabda, "Shalat pada waktunya", aku bertanya lagi: lalu apa?, Beliau bersabda, "Berbakti kepada kedua orangtua", aku bertanya lagi: lalu apa? Beliau bersabda, "Jihad di jalan Allah."

وَأَخْرَجَ مُسْلِمٌ مِنْ حَدِيْثِ أَبِي هُرَيْرَةَ -رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «رُغِمَ أُنْفٌ ، ثُـمَّ رُغِمَ أَنْفٌ ، ثُـمَّ رُغِمَ أَنْفٌ» ، قِيْلَ: مَنْ يَا رَسُوْلَ اللهِ ؟ قَالَ: «مَنْ أَدْرَكَ أَبَوَيْهِ عِنْدَ الكِبَرِ، أَحَدَهُـمَا أَوْ كِلَيْهِمَا فَلَمْ يَدْخُلِ الـجَنَّةَ

wa ahkhraja muslimun min hadiitsi abii hurairata radhiallahu 'anhu 'anin-nabiyyi shallallahu 'alaihi wa sallama, qaala: "raghima anfun, tsumma raghima anfun, tsumma raghima anfun", qiila: man yaa rasuulallaahi? qaala: "man adraka abawaihi 'indal-kibari, ahadahuma aw kilaihimaa falam yadkhulil-jananta."

Dan Imam Muslim telah meriwayatkan sebuah hadits dari jalan Abu Hurairah -radhiallahu 'anhu- dari Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam- bahwa beliau bersabda, "Sungguh celaka, sungguh celaka, kemudian sungguh celaka", dikatakan kepada beliau: Siapa dia wahai Rasulullah? Beliau bersabda, "Siapa yang mendapati kedua orangtuanya di masa tua, salah satunya atau keduanya lalu ia tidak masuk surga."

وَالأَحَادِيْثُ فِي هَذَا الـمَعِنَى كَثِيْرَةٌ، وَالسَّعِيْدُ مَنْ وُفِّقَ لِبِرِّ وَالِدَيْهِ وَالإِحْسَانِ إِلَيْهِمَا، فَإِنَّ فِي بِرِّهِـمَا خَيْـرَيِ الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، وَالشَّقِيُّ مَنْ عَقَّهُمَا وَخَالَفَ أَمْرَهُـمَا وَأَغْضَبَهُمَا، وَسَيْنَدَمُ لَا مَـحَالَةَ فِي الدُّنْيَا أَوِ الآخِرَةِ

wal-ahaadiitsu fii haadzal-ma'naa katsiiratun, was-sa'iidu wa wuffiqa libirril-waalidaihi wal-ihsaani ilaihimaa, fa-inna fii birrihimaa khairayid-dunyaa wal-aakhirati, wasy-syaqiyyu man 'aqqahumaa wa khaalafa amrahumaa wa aghdhabahumaa, wa sayandamu laa mahaalata fid-dunyaa wal-aakhirati.

Dan hadits-hadits yang semakna dengannya sangatlah banyak; orang bahagia adalah yang diberi kemudahan untuk berbakti dan berbuat baik kepada keduanya, karena dalam berbakti itu ada kebaikan dunia dan akhirat, dan orang celaka adalah yang durhaka dan menyelisihi perintah keduanya, serta menjadikan keduanya marah, dan ia -pasti- akan menyesal baik di dunia maupun di akhirat.

أَخِي الـحَبِيْبُ: إِيَّاكَ أَنْ تُقَدِّمَ مَصْلَحَتَكَ الشَّخْصِيَّةَ عَلَى رِضَا وَالِدَيْكَ، فَإِنَّـهُمَا أَحَقُّ النَّاسِ بِـحُسْنِ صُحْبَتِكَ، فَقَدَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- فَقَالَ: مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِـحُسْنِ صَحَابَتِـي؟! قَالَ: "أُمُّكَ"، قَالَ: ثُـمَّ مَنْ؟! قَالَ: "أُمُّكَ"، قَالَ: ثُـمَّ مَنْ؟! قَالَ: "أُمُّكَ"، قَالَ: ثُـمَّ مَنْ؟! قَالَ: "أُبُوْكَ". مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

akhil-habiibu: iyyaaka an tuqaddima mashlahatakasy-syakhshiyyata 'alaa ridhaa waalidaika, fa-innahumaa ahaqqun-naasi bihusni shuhbatika, faqad jaa-a rajulun ilan-nabiyyi shallallahu 'alaihi wa sallama faqaala: man ahaqqun-naasi bihusni shahaabatii?! qaala: "ummuka", qaalaa: tsumma man?! qaala: "ummuka", qaala: tsumma man?! qaala: "ummuka", qaala: tsumma man?!, qaala: "abuuka." muttafaqun 'alaihi

Saudaraku tercinta: Jauhilah olehmu mendahulukan kepentingan pribadimu atas ridha kedua orangtuamu, karena mereka berdua adalah orang yang paling berhak mendapat perlakuan baikmua; seseorang datang kepada Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam- bertanya: Siapakan orang yang paling berhak aku perlakukan dengan baik? Beliau menjawab, "Ibumu", ia kembali bertanya: lalu siapa? Beliau menjawab, "Ibumu", ia kembali bertanya: lalu siapa? Beliau menjawab, "Ibumu, dan ia kembali bertanya: lalu siapa (lagi)? Beliau menjawab, "Ayahmu". Muttafaqun 'alaihi.

أَيُّهَا الـمُسْلِمُوْنَ: إِنَّ عُقُوْقَ الوَالِدَيْنِ مِنْ كَبَائِرِ الذُّنُوْبِ كَمَا قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "الكَبَائِرُ: الإِشْرَاكُ بِاللَّهِ، وَعُقُوقُ الوَالِدَيْنِ، وَقَتْلُ النَّفْسِ، وَاليَمِينُ الغَمُوسُ". متفق عليه

ayyuhal-muslimuuna: inna 'uquuqal-waalidaini min kabaa-iridz-dzunuubi, kamaa qaala shallallahu 'alaihi wa sallama: "al-kabaa-iru: al-isyraaku billaahi, wa 'uquuqul-waalidaini, wa qatlun-nafsi, wal-yamiinul-ghamuusu". muttafaqun 'alaihi.

Wahai kamu muslimin: Sesungguhnya durhaka terhadap kedua orangtua termasuk dosa-dosa besar, sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah -shallallahu 'alaihi wa sallam-, "Dosa-dosa besar adalah menyekutukan Allah, durhaka terhadap kedua orangtua, membunuh jiwa, dan sumpah palsu." Muttafaqun 'alaihi.

فَبِرُّ الوَالِدَيْنِ لَا يَنْقَطِعُ بِـمَوْتِـهِمَا -وَللهِ الـحَمْدُ وَالـمِنَّةُ- بَلْ هُوَ مُتَّصِلُ بَعْدَ الـمَوْتِ، وَذَلِكَ بِالدُّعَاءِ لَـهُمَا، وَالصَّدَقَةِ عَنْهُمَا، وَصِلَةِ رَحِـمِهِمَا، وَالإِحْسَانِ إِلَى صَدِيْقِهِمَا، وَلَعَلَّ اجْتِهَادَكَ فِي بِرِّهِـمَا بَعْدَ مَوْتِـهِمَا يَـمْحُو تَقْصِيْرَكَ فِي حَقِّهِمَا حَالَ حَيَاتِـهِمَا، فَعَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ الْعَبْدَ لَيَمُوتُ وَالِدَاهُ أَوْ أَحَدُهُمَا وَإِنَّهُ لَهُمَا لَعَاقٌّ، فَلَا يَزَالُ يَدْعُو لَهُمَا وَيَسْتَغْفِرُ لَهُمَا حَتَّى يَكْتُبَهُ اللهُ بَارًّا". أخرجه البيهقي في شعب الإيمان

fabiruul-waalidaini laa yanqathi'u bimawtihimaa -walillahil-hamdu wal-minnatu- bal huwa muttashilun ba'dal-mawti, wa dzaalika bid-du'aa-i lahumaa, wash-shadaqati 'anhumaa, wa shilati rahimihimaa, wal-ihsaani ilaa shadiiqihimaa, wa la'allajtihaadaka fii birrihimaa ba'da mawtihimaa yamhuu taqshiiraka fii haqqihimaa haala hayaatihimaa, fa'an anasibni maalikin qaala: qaala rasuulullahi shallallahu 'alaihi wa sallama: "innal-'abda layamuutu waalidaahu aw ahaduhumaa wa innahu lahumaa la'aaqqun, falaa yazaalu yad'uu lahumaa wa yastaghfiru lahumaa hattaa yaktubahullahu baarran." akhrajahul-bayhaqii fii syu'abil-iimaani

Berbakti kepada kedua orangtua tidak terhenti dengan kematian keduanya -segala puji milik Allah atas karunia-Nya-, bahkan bersambung setelah keduanya meninggal, dan itu dilakukan dengan mendoakan keduanya, bersedekah atas nama keduanya, menyambung kerabat dan talirahim mereka, dan berbuat baik dengan teman keduanya, barangkali kesungguhanmu dalam berbakti sepeninggal keduanya akah menghapus kelalaianmu akan hak-hak mereka di saat masih hidup, karena sahabat Anas bin Malik berkata, Rasulullah -shallallahu 'alaihi wa sallam- telah bersabda, "Sesungguhnya seorang hamba ditinggal wafat kedua orang tuanya atau salah satunya padahal ia sangat durhaka, akan tetapi ia selalu meminta ampuan untuk keduanya hingga Allah menjadikannya orang yang berbakti". Diriwayatkan oleh Imam Baihaqi dalam kita Syu'abul Iman.

فَاتَّقُوا اللهَ وَلَا تُفَرِّطُوا فِي هَذَا البَابِ العَظِيْمِ مِنْ أَبْوَابِ الـخَيْرِ وَالـجَنَّةِ؛ اللَّهُمَّ ارْحَـمْنَا وَوَالِدِيْنَا كَمَا رَبَّوْنَا صِغَارًا
fattaqullaaha walaa tufarrithuu fii haadzal-baabil-'azhiimi min abwaabil-khairi wal-jannati, allahummarhamnaa wa waalidiinaa kamaa rabbawnaa shighaaran.

Bertaqwalah kalian kepada Allah dan janganlah sia-siakan pintu agung ini di antara pintu-pintu kebaikan dan surga; ya Allah rahmatillah kami, dan orangtua kami sebagaimana mereka telah mendidik kami di saat kecil.
Dan di bawah ini saya lampirkan naskah bahasa Arab dari pidato di atas dalam format PDF supaya memudahkan Anda dalam membaca atau menghafalnya. Silahkan unduh melalui tautan di bawah ini:
Dan sekali lagi ingin diingatkan bahwa pidato ini bukan murni karangan saya. Saya meringkasnya dari khutbah yang ada di laman web berbahasa Arab dengan nama Alukah. Selain diringkas, saya juga mengganti mukaddimah pidatonya, dan beberapa hal yang memang mengharuskan untuk disesuaikan.

Demikian contoh pidato singkat berbahasa Arab dengan judul berbakti kepada orang tua yang dilengkapi tulisan latin dan artinya. Semoga yang sedikit ini bisa memberikan banyak manfaat. Kurang lebihnya mohon dimaafkan, dan terima kasih sudang mampir dan membaca. Syukran wa jazaakumullahu khairan.

Post a Comment for "Pidato Bahasa Arab Tentang Berbakti Kepada Orang Tua [Cara Baca + Artinya]"